"Janji adalah hutang", kata kata ini seringkali berkaitan dengan apa yang seharusnya di lakukan oleh para calon pemimpin yang sedang ber-kampanye setelah nanti terpilih.
Namun pada kenyataannya, ketika hutang akhirnya tidak di lunasi, rakyat tidak berdaya untuk menagihnya. Banyak faktor yang menyebabkan ini. Proses dalam perbaikan politik, ekonomi, sosial dan lain lain seringkali menjadi alasan dari beberapa pemimpin untuk menunda melunasi hutang ini. Karena itu, sebaiknya ketika memilih, rakyat awam perlu tahu betul membedakan bunyi dari janji yang sebenarnya akan di tepati, atau janji yang sekedar menghibur di telinga.
Hal ini memang tidak mutlak dan pasti, namun paling tidak dapat me-minimalisir kekecewaan pada pemimpin tertentu setelah terpilih.
Sebenarnya ada 3 (tiga) cara atau sisi mudah secara logika untuk menganalisa janji seorang calon pemimpin.
1. Realistis
Kemungkinan seorang pemimpin dapat melunasi janjinya seringkali tergantung pada seberapa realistis janji yang dia berikan pada saat kampanye.
Bagaimana anda menilainya?
Untuk mengetahui hal ini, tentu saja memang anda perlu punya informasi yang comprehensif tentang seberapa mampu anda sebagai rakyat, daerah atau negara anda sebagai wilayahnya, menjalani dan menerima proses yang di janjikan calon pemimpin tersebut.
Satu contoh :
* Ketika seorang pemimpin menjanjikan bahwa di bawah kepemimpinannya, rakyat akan di beri keadilan sosial melalui program bantuan tunai. Kalau anda tidak memiliki data dan informasi yang comprehensif mengenai program ini, anda mungkin bisa membuka-buka berita lama, seberapa berhasil program serupa di masa lalu dan kalau tidak berhasil, apa alasannya? Apakah karena ketidak-siapan kultur budaya, sosial atau kekurangan akuntabilitas birokrat yang menjalankannya? Kalau kali ini calon pemimpin anda menjanjikan hal serupa, kesiapan apa yang dia punya sebagai modal programnya? Data faktual apa yang kali ini dia bawa pada anda ketika menjanjikan bahwa dia bisa mewujudkan program tersebut tanpa resiko gagal seperti yang sudah sudah?
* Atau dalam hal lain, misalnya seorang pemimpin menjanjikan solusi untuk masalah kemacetan lalu lintas melalui program pembatasan kendaraan mewah. Coba bandingkan dengan apa yang anda saksikan di era pemimpin-pemimpin sebelumnya. Apakah program ini cukup realistis untuk saat ini, terutama bila di bandingkan dengan kebutuhan devisa atau pemasukan dari pajak mobil mobil mewah ini? Apakah daerah atau negara anda memang sudah siap untuk mengabaikan nilai pajak dari mobil-mobil ini?
* Atau contoh lain misalnya, apabila calon pemimpin menjanjikan solusi untuk menangani banjir. Apakah kali ini Sang calon pemimpin dapat menerangkan dengan bahasa yang anda mengerti program yang akan dia jalankan sebagai cara yang mumpuni menangani persoalan tersebut? Adakah data pembanding yang dapat dia beberkan pada anda yang membuat anda dapat yakin terhadap cara yang akan dia jalankan dalam programnya? Apakah kemampuan sumber daya dan sistem birokrasi yang akan dia pimpin telah siap menangani segala proses dan resikonya?
Seberapa realistis janji-janji ini di telinga anda?
2. Informatif
Sebagai rakyat yang akan menentukan nasib anda sendiri melalui pilihan anda, tentu saja anda harus yakin se-yakin yakinnya terhadap janji yang anda dengar bukan?
Dan sebagai calon pemimpin, dapat di mengerti janji yang di berikan pada anda tentu saja akan terdengar manis se-manis manisnya juga. Anda akan di bombardir dengan berbagai macam janji manis dengan berbagai macam cara.
Tetapi dalam hal ini, tentu saja anda dapat menilai calon pemimpin mana yang beritikad baik ketika berjanji pada anda.
Bagaimana anda menilainya?
Coba dengarkan dengan seksama, apakah anda cukup mengerti apa yang dia janjikan berikut cara nya dia akan mewujudkan janji tersebut? Kalau anda kurang mengerti, apakah karena bahasanya memang sulit untuk di mengerti atau kemampuan tekhnis dan skill anda yang membuat bahasanya sulit di mengerti?
Apakah Sang calon pemimpin anda dengan itikad baik berusaha memilih bahasa sederhana ketika menerangkan pada anda atau justru sebaliknya, sengaja memakai bahasa bahasa kontekstual yang terlalu tinggi buat anda sehingga meski terdengar santun dan cukup berpendidikan, isi dari janjinya sendiri tidak dapat anda mengerti sepenuhnya? Semakin anda tidak mengerti tentu saja semakin sulit anda nantinya menagih janji tersebut, karena arti dan konsep janji itu sendiri terlalu ambigu atau samar serta multipretasi buat anda.
3. Faktual
Seperti yang telah di singgung pada poin nomor satu, realistis atau tidaknya sebuah janji juga tergantung pada seberapa akurat data pendukung yang di miliki oleh Sang Calon.
Coba anda dengarkan janji janji yang di berikan pada anda. Apakah janji janji tersebut di dukung oleh angka angka statistik yang relevan?
Tentu saja angka angka ini memang seringkali muncul pada orasi Calon Pemimpin manapun. Tetapi bila anda seksama dalam mendengarkan, anda dapat menilai seberapa relevan angka yang di hadirkan Calon Calon Pemimpin anda ketika berorasi. Karena angka statistik pun harus di uji kebenaran nya sebelum di presentasikan.
Nah, dalam hal inilah anda bisa menemukan perbedaannya.
Apakah angka yang dibacakan pada orasi Si Calon Pemimpin telah dia uji kebenarannya atau tidak? Karena faktanya, anda sebagai masyarakat awam pun dapat melakukannya. Badan Statistik manapun, di daerah manapun selalu mempublikasikan angka angka ini dalam situs situs resmi mereka.
Karenanya, ketika memunculkan angka pada orasi politik mereka, Calon yang berani menyebutkan sumber referensi resmi yang dia kutip, biasanya adalah Calon yang paling akurat dan dapat mempertanggungjawabkan data yang di bawakannya.
Akhirnya, penulis mendoakan semoga anda tidak terbuai dengan janji-janji manis para pasangan calon, namun menangis dan menyesal ketika janji itu tak dapat anda tagih di kemudian hari.
"Wassalam"